Tuesday, May 8, 2012

Pekat Malam

Hari ini, malam ini,
tampak langit hitam.
Bertaburan serpihan bintang,
yang gemerlap di pekatnya malam.

Sambil terpaku di atas tanah.
Bumi hening tak bergeming.
Aku ucapkan kata cacian,
aku katakan kalimat makian.
Lalu aku bertanya,
mengapa aku tak bercahaya,
seperti bintang gemintang?

Aku langkahkan kaki kotor ku.
Tapak demi tapak.
Di dalam kelamnya malam,
aku dengar pekikan serangga,
aku rasa belaian angin malam.

Sambil bergeming menatap langit.
Hitam kelam tak bertuan.
Aku lemparkan setangkai dendam,
aku lontarkan seikat kesumat.
Lalu aku bertanya,
mengapa aku rasa amarah,
di malam yang berbintang?

Titis air mata langit,
yang turun tidak beraturan.
Menjadi saksi diri aku,
yang bersedih membasuh luka.
Luka lama yang terbuka kembali.

Pekatnya malam semakin nampak menghitam.
Gelap gelita tanpa cahaya dari sang alam.
Berhembus angin semilir,
yang dingin dan menusuk tulang,
serta membelah jiwa, memecah sukma.

Aku memendam pada sunyinya malam.
Aku murka pada pekatnya hitam.
Aku dengki pada gemerlapnya bintang.
Aku iri pada belaian angin malam.

Titisan air mata langit,
jatuh begitu saja di depan ku.
Ingin aku menangis di dalamnya.
Namun sayang, air mata tak kunjung menitis.

Aku menunggu jawapan alam,
di tengah siraman hujan.
Meski sudah aku tahu,
alam akan membuang aku.
Layaknya sampah jalanan.

Tersungkur aku di dalam gelap.
Tergeletek sendiri di tengah malam.
Terkulai lemas aku dibuatnya.
Sendiri menunggu waktu ku mati.

Aku menjerit di sunyinya malam.
Aku pecahkan damainya kelam.
Aku retakkan syahdunya hitam.
Pekikan malam ini pun,
terdengar begitu memilukan.

No comments:

Post a Comment